1.
Kajian Sintaksis
Morfosintaksis
yaitu gabungan dari morfologi dan sintaksis. Morfologi membicarakan tentang
struktur internal kata. Sintaksis membicarakan tentang hubungan kata dengan
kata lain.
2.
Struktur Sintaksis
Struktur
sintaksis ada tiga yaitu fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran
sintaksis. Dalam fungsi sintaksis ada hal-hal penting yaitu subjek,
predikat, dan objek. Dalam kategori sintaksis ada istilah nomina, verba,
adjektiva, dan numeralia. Dalam peran sintaksis ada istilah pelaku, penderita,
dan penerima. Menurut Verhaar (1978), fungsi-fungsi S, P, O, dan K merupakan
kotak kosong yang diisi kategori dan peranan tertentu.
Contohnya:
Kalimat aktif: Nenek melirik kakek tadi pagi.
S P O K
pelaku sasaran
Kalimat
pasif: Kakek dilirik nenek tadi pagi.
S P O K
sasaran
pelaku
Agar menjadi
kalimat berterima, maka fungsi S dan P harus berurutan dan tidak disisipi
kata di antara keduanya. Struktur sintaksis minimal mempunyai fungsi subjek dan
predikat seperti pada verba intransitif yang tidak membutuhkan objek.
Contohnya:
Kakek makan.
Verba
transitif selalu membutuhkan objek.
Contohnya:
Nenek membersihkan kamarnya.
Menurut
Djoko Kentjono(1982), hadir tidaknya fungsi sintaksis tergantung konteksnya.
Contohnya: Kalimat
seruan: Hebat!
Kalimat
jawaban: Sudah!
Kalimat
perintah: Baca!
Fungsi-fungsi
sintaksis harus diisi kategori-kategori yang sesuai. Fungsi subjek diisi
kategori nomina, fungsi predikat diisi kategori verba, fungsi objek diisi
kategori nomina, dan fungsi keterangan diisi kategori adverbia.
Contohnya:
Dia guru.(salah) Dia adalah guru.(benar)
S O S P O
Kata
“adalah” pada kalimat tersebut merupakan verba kopula, seperti to be pada
bahasa Inggris.
-
Berenang menyehatkan tubuh.
S P O
Kata “berenang”
menjadi berkategori nomina karena yang dimaksud adalah pekerjaan berenangnya.
Peran dalam struktur sintaksis tergantung pada makna gramatikalnya. Kata yang
bermakna pelaku dan penerima tetap tidak berubah walaupun kata kerja yang aktif
diganti menjadi pasif. Pelaku berarti objek yang melakukan pekerjaan. Penerima
berarti objek yang dikenai pekerjaan. Makna pelaku dan sasaran merupakan makna
gramatikal. Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata,
bentuk kata, dan intonasi. Perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan
makna.
Contohnya:
tiga jam – jam tiga.
Nenek
melirik kakek. – Kakek melirik nenek.
Dalam
kalimat aktif transitif mempunyai kendala gramatikal yaitu fungsi predikat dan
objek tidak dapat diselipi kata keterangan.
Contohnya:
Nenek melirik tadi pagi kakek.(salah)
Intonasi
merupakan penekanan. Perbedaan intonasi juga menimbulkan perbedaan makna.
Intonasi ada tiga macam yaitu intonasi deklaratif untuk kalimat bermodus
deklaratif atau berita dengan tanda titik, intonasi interogatif dengan tanda
tanya, dan intonasi interjektif dengan tanda seru. Intonasi juga dapat berupa
nada naik atau tekanan.
Contohnya:
Kucing / makan tikus mati.
Kucing makan
tikus / mati.
Kalimat
tersebut sudah berbeda makna karena tafsiran gramatikal yang berbeda yang
disebut ambigu atau taksa. Konektor bertugas menghubungkan konstituen satu
dengan yang lain. dilihat dari sifatnya, ada dua macam konektor. Konektor
koordinatif menghubungkan dua konstituen sederajat. Konjungsinya seperti dan,
atau, dan tetapi. Contohnya: Nenek dan kakek pergi ke sawah. Konektor
subordinatif menghubungkan dua konstituen yang tidak sederajat. Konjungsinya
seperti kalau, meskipun, dan karena. Contohnya: Kalau diundang, saya tentu akan
datang.
3.
Frase
Frase adalah
satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan
di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a.
Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua
kata atau lebih.
b.
Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas
fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi
unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
3.1
Macam-macam
frase:
1.
Frase endosentrik
Frase
endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a)
Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang
terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur
itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:
kakek-nenek : pembinaan dan pengembangan
laki
bini : belajar atau
bekerja
b)
Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase
yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya
tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya:
perjalanan panjang
hari libur
Perjalanan,
hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan
seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur
lainnya merupakan atributif.
c)
Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya
berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase
Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak
Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh
dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak
Pak Saleh, sangat pandai
Susi, ….,
sangat pandai.
…., anak Pak
Saleh sangat pandai.
Unsur Susi
merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).
2.
Frase Eksosentrik
Frase
eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas
1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di
dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan
itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas
1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas
1A sedang bergotong royong …. kelas
3.
Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase
Keterangan.
a)
Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang
sama dengan kata nominal.
Misalnya:
baju baru, rumah sakit
b)
Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya:
akan berlayar
c)
Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata bilangan.
Misalnya:
dua butir telur, sepuluh keping
d)
Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata keterangan.
Misalnya:
tadi pagi, besok sore
e)
Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan
sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai
aksinnya.
Misalnya: di
halaman sekolah, dari desa
4.
Frase Ambigu
Frase ambigu
artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud
kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya:
Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku
bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase
perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1.
Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2.
Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
4.
Klausa
Klausa
adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik
disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi
kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan.
Unsur inti
klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan
klausa:
1.
Berdasarkan unsur intinya
2.
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara
gramatik menegatifkan predikat
3.
Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki
fungsi predikat
5.
Kalimat
a.
Pengertian
Kalimat
adalah satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung
pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah
membaca koran di teras belakang.
b.
Pola-pola
kalimat
Sebuah kalimat
luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar
pembentukan kalimat luas itu.
1)
Pola kalimat I = kata benda-kata kerja
Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”
2)
Pola kalimat II = kata benda-kata sifat
Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”
3)
Pola kalimat III = kata benda-kata benda
Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru
Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional.
Kalimat ini mengandung kata kerja bantu,
seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4)
Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial
c.
Jenis Kalimat
1.
Kalimat inti dan kalimat non inti.
Kalimat inti
disebut juga kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang
lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral dan afirmatif. Dalam bahasa
Indonesia paling tidak kalimat inti kita dapati dengan pola sebagai berikut :
FN + FV =
Nenek datang
FN + FV + FN
= Nenek membaca komik
FN + FV + FN
+ PN = Nenek membacakan kakek komik
FN + FN =
Nenek dokter
FN + FA =
Nenek cantik
FN + Fnum =
Uangnya dua juta
FN + FP =
Uangnya di dompet
2.
Kalimat tunggal dan kalimat majemuk
Kalimat
tunggal : klausanya hanya satu
Kalimat
majemuk : klausa dalam kalimat terdapat lebih dari satu
Macam-macam
kalimat majemuk :
1) Kalimat
majemuk koordinatif.
2) Kalimat
majemuk subordinatif
3) Kalimat
majemuk kompleks.
3.
Kalimat mayor dan kalimat minor
Kalimat
mayor : klausanya lengkap, minimal mempunyai subjek dan predikat
Kalimat
minor : klausanya tidak lengkap, hanya terdiri dari S/P/O/K saja.
4.
Kalimat verbal dan kalimat non verbal
5.
Kalimat bebas dan kalimat terikat.
0 komentar:
Posting Komentar