Upacara
Adat Begalan
Upacara ini diadakan apabila mempelai
laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni
tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik,
gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak
tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari dua orang, seorang
bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka, dan seorang lagi bertindak
sebagai pembegal
atau perampok yang
bernama Rekaguna. Barang-barang
yang dibawa antara lain ilir, cething, kukusan, saringan ampas, tampah,
sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa
disebut brenong kepang.
Pembegal
biasanya membawa pedang kayu yang bernama wlira. Kostum pemain cukup sederhana,
umumnya mereka mengenakan busana Jawa.
A.
Kostum dan Make Up Pelaku Begalan
Kostum yang dipakai sangat sederhana. Mereka hanya mengenakan pakaian adat
Jawa saja. Pakaian yang digunakan untuk pementasan antara lain :
·
Pakaian seni Begalan terdiri dari :
a. Baju Kokok
Hitam
b. Stagen dan
Sabuk
c. Celana Komprang
berwarna Hitam
d. Kain Sarung
e. Sampur atau
Selendang menari
f. Ikat Wulung
berwarna Hitam
B.
Perlengkapan Begalan
Perlengkapan yang digunakan pada saat pentas seni Begalan
:
a. Pikulan atau mbatan
Adalah alat pengangkat brenong kepang bagi peraga yang
bernama Gunareka. Begal ini dari pihak pengantin pria atau kakung. Alat ini
terbuat dari bambu yang melambangkan seorang pria yang akan berumah tangga
harus dipertimbangkan terlebih dahulu, jangan sampai merasa kecewa setelah
pernikahan sehingga ketika seorang pria mencari seorang calon istri maka harus
dipertimbangkan bibit, bobot, dan bebetnya.
b. Pedang Wlira
Adalah alat yang digunakan sebagai pemukul dengan ukuran
panjang 1 meter, tebal 2cm, dan lebar 4 cm. Terbuat dari kayu pohon pinang.
Pedang Wlira dibawa oleh Rekaguna dari pihak pengantin wanita yang
menggambarkan seorang pria yang bertanggungjawab, berani menghadapi segala sesuatu yang
menyangkut keselamatan keluarga dari ancaman bahaya.
c. Brenong Kepang
Adalah barang-barang yang dibawa oleh Gunareka utusan dari keluarga
mempelai pria berupa alat-alat dapur meliputi :
·
Ian merupakan alat untuk angi nasi terbuat dari anyaman bambu
yang menggambarkan bumi tempat kita
berpijak.
·
Ilir merupakan kipas yang terbuat dari anyaman bambu
melambangkan seseorang yang sudah berkeluarga agar dapat membedakan perbuatan
baik dan buruk sehingga dapat mengambil keputusan yang bijak saat sudah berumah
tangga.
·
Cething adalah alat yang digunakan untuk tempat
nasi terbuat dari bambu. Maksudnya bahwa manusia hidup di masyarakat tidak
boleh semunya sendiri tanpa mempedulikan orang lain dan lingkunganya. Manusia adalah mahluk sosial yang butuh
orang lain.
·
Kukusan adalah alat untuk menank nasi yang
terbuat dari anyaman bamboo berbentuk kerucut yang mempunyai arti kiasan bahwa
seseorang yang sudah berumah tangga harus berjuang untuk menckupi kebutuhan
hidup semaksimal mungkin.
·
Centhong adalah alat untuk mengambil nasi pada
saat nasi diangi, yang terbuat dari kayu atau hasil tempurung kelapa. Maksudnya
seorang yang sudah berumah tangga mampu mengoreksi diri sendiri atau
introspeksi sehingga ketika mendapatkan perselisihan antara kedua belah pihak
(suami dan istri) dapat terselesaikan dengan baik. Selalu mengadakan musyawarah
yang mufakat sehingga terwujudlah keluarga yang sejahtera, bahagia lahir dan
batin.
·
Irus adalah alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang
terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Maksudnya ialah sesorang yang sudah
berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita
lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
·
Siwur adalah alat untuk mengambil air terbuat
dari tempurung kelapa yang masih utuh dengan melubangi di bagian atas dan
diberi tangkai. Siwur merupakan kerata basa yaitu, asihe aja diawur-awur. Artinya, orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengendalikan
hawa nafsu, jangan suka
menabur benih kasih sayang kepada orang lain.
·
Saringan ampas atau kalo adalah alat untuk
menyaring ampas terbuat dari anyaman bambu yang memiliki arti bahwa setiap ada berita yang
datang harus disaring atau harus hati – hati.
·
Wangkring yaitu pikulan dari bambu. Filsafatnya
adalah di dalam menjalani hidup ini berat ringan, senang susah hendaklah
dipikul bersama antara suami dan istri.
Pelaku begalan terdiri dua orang.
Mereka berdialog saling tegang diiringi sebuah musik tradisional gamelan
sederhana (kenong, kendang, gong). Kostum kedua pelaku dengan ciri warna-warna
dasar seperti hitam, putih, merah, dan biru. Semula dialog memakai bahasa
Banyumas asli namun belakangan kadang menggunakan campuran bahasa Solo atau
Yogyakarta.
Kedua pelaku adalah wakil dari kedua
mempelai. Pada saat saling argumentasi dan bertanya jawab, wakil mempelai
putra biasanya disebut Surantani atau Jurutani.
Mereka punya tugas yang berbeda.
Suratani mengantar peralatan dapur dengan sebuah pikulan yang disebut Bronong
Kepang menuju mempelai putri. Sedangkan Suradenta menjaga mempelai putri,
menyambut datangnya mempelai putra yang kelak menjadi pendamping hidup berumah
tangga. Sesuai tugasnya, alat yang dipegang Suradenta berupa pemukul, disebut
Pedang Wira yang berfungsi memukul periuk. Periuk terbuat dari tanah liat yang
berasal dari tanah desa Gambarsari, Kecamatan Kemangkon berisi nasi kuning.
Ketika periuk pecah dan penonton yang
sebagian besar anak-anak mulai berebutan, maka pertanda berakhirnya pementasam
tradisional Begalan. Menurut adat dan kepercayaan, beras dan isi berupa
makanan diberikan sebagai sesaji kepada Iwen supaya Wredhi. Artinya supaya
berputra-putri banyak,
sehat lahir batin, selamat dunia akhirat. Pertunjukkan seni begalan biasanya diselenggarakan di
rumah pihak mempelai putri.
0 komentar:
Posting Komentar